Ibu Mandikan Aku Walau Hanya Sekali
Seorang ibu
yang hanya dapat menyesali apa yang telah dilakukan selama ini. Seorang anak
yang selalu memintanya untuk memandikan, memandikan, dan memandikan. Sebuah permintaan
yang cukup sederhana itu, yang dapat dikerjakan hanya 5 menit, karena
kesuksesannya dan sombongnya terhadap keluarganya, permintaan itu pun tak
dikabulkan oleh sang ibu. Hingga tiba saatnya sang ibu memandikannya dengan
jantung yang tak berdetak.
Diawali karena sombongnya seorang
ibu. Sebab sang ibu yang tidak pernah mau untuk sholat dan menjalakankan apa
yang diperintah oleh Allah, sehingga sang suami, ibu dari sang suami,
menasehati sang ibu itu pun tidak pernah bisa membuat perubahan pada diri sang
ibu, hingga saatnya sang ibu pun sakit dan difonis meninggal oleh dokter. Seluruh
warga pun datang untuk ikut ngirim do’a, namun ketika warga membacakan yasiin
hal yang mengagetkan pun terjadi. Sang ibu pun terbangun dari kematiannya.
Tak lama
kemudian, salah seorang warga pengurus majelis ta’lim pengajian desa, dating mengunjungi
rumah keluarga tersebut. Mereka datang ..
“bu. Berbicara
tentang mati suri ibu, saya memohon kepada ibu untuk berbagi cerita tentang apa
yang dirasakan ibu ketika ibu mati suri ? bisa ?”
“jika ibu
bersedia, ibu bisa datang besuk sore”
Ternyata sang
ibu pun datang ke pengajian tersebut untuk menjadi narasumber. Tak lama, nama “umi
Fatimah” pun mulai melonjak ke dunia entertainment untuk menjadi uztzdzah
kondang terkenal. Biaya yang ditawarkan dari beberapa perusahaan TV swasta dan
undangan-undangan dari warga atau majelis-majelis yang mengundangnya cukup
meledak. Setan sombong pun merasuk ke dalam dirinya.
Kesombongannya
pun meraja lela terhadap anak dan suaminya. Suaminya yang setiap saat
menasehati akan kelakuan sang istri yang tidak akan habis menentang suaminya,
menyampingkan omongan suaminya, dan tidak mendengarkan bahkan melakukan apa
yang dikatakan sang suami.
Sang anak
yang masih kecil, suatu hari anak kecil yang malang itu merengek kepada ibunya,
“bu, se pagi
ini ibu mau berangkat ?”
“iya sayang. Ibu
sudah ditunggu banyak orang”
“ibu, Tania mau
dimandiin ibu. Di mandiin ibu”
“tania. Tania
ndak lihat ibu sudah rapi ? ibu mau berangkat, sudah telat ini”
“ndak mau. Tania
mau dimandiin ibu”
“permintaan
sederhana seperti itu, kamu tidak mau untuk melakukannya untuk anak mu ?
memandikan hanya 5 menit, masak kamu ndak mau ?”
“mas ? mas
tidak tau aku sudah rapi. Bagaimana kalau semua ini basah karena Tania. Ahh sudahlah,
aku sudah telat aku pamit”
Hial itu pun,
terus berlanjut sepanjang hari, dan sesampainya Tania ulang tahun, ibunya pun
tidak ada disampingnya. Dan Tania pun jatuh sakit. Hingga hari, dimana sang ibu
akan pergi umrah, Tania tetap mengiginkan dia untuk dimandikan sang ibu walau
hanya satu menit. Namun rupannya sang ibu tetap tidak mau. Tetap kukuh akan
alasannya, yakni telat.
Sang ibu pun
meninggalkan Tania yang sedang sakit.
“ibu… Tania mau
dimandiin ibu. Ibuuuuuuuu. Ibuuuuuuuuuuuuuu”
Cueknya sang
ibu yang tidak mau mendengar jeritan Tania.
“Tania. Tania
sekarang dimandiin ayah saja ya”
“ya”
(tangisnya)
“ya sudah, Tania
jangan nangis lagi”
Hingga saatnya
ketika Fatimah, ibunya masih umrah. Mendapat sebuah perasaan yang tidak enak,
lalu ibu pun menelpon rumah dan ternyata mendapat info dari bibi dirumah
bahwasannya Tania demam tinggi dirumah sakit dan hidungnya mengeluarkan darah
setiap saat, dan yang dia panggil hanyalah kata “ibu mandikan aku”. Lalu ada
telepon kembali yang menyatakan bahwasannya perusahaan yang ia kelola dengan
penuh kesombongannya itupun terbakar hangus dan tak tersisa satu pun dan kliennya
yang menemaninya untuk membangun perusahaanya itu pun mengambil kabur seluruh
uang perusahaan.
Keesokan harinya,
Fatimah sang ibu langsung menuju rumah sakit dimana sang anak dirawat disana. Sedangkan
suaminya, bibi, dan dokter yang terus berusaha memasang alat ke Tania itun pun
tak berhasil dan alat bantu detak jantung pun tak berfungsi, hingga tiba sang
ibu dikamar Tania.
Sang ibu pun
menjerit didekat Tania, menjerit agar Tania bangun. Allah adil, Allah
membangunkan Tania walau hanya sebentar,
“Tania. Tania
mau minta apa sayang. Ibu akan turuti semua apa yang dimau Tania
“bu. Tania
cuma ibu mandikan tania”
“iya sayang,
ibu akan mandikan Tania setiap hari, pagi sore. Ibu akan terus mandikan Tania. Tapi
Tania harus sehat, Tania harus sembuh”
“bu, Tania mau
ibu cium kening Tania”
“iya ibu akan
cium”
Teeeeeeeeeettttttttt…..
Nyawa Tania pun
tak tertolong. Hingga tiba sang ibu memandikan Tania dengan tangisan.
“ibu, Tania mau
dimandikan ibu”, kalimat itu pun terus dikatakan sang ibu yang diwarnai dengan
tangisan. Sang suami yang setia menguatkan istrinya.
Tania pun
telah dikuburkan dan hanyalah penyesalan yang ada dipundak sang ibu. Kini sang
ibu hanya dapat menyesali segala perbuatan yang telah sang ibu lakukan. Kini Tania,
jeritan “ibu aku mau dimandikan ibu” itu semua hanyalah bayangan dan tangisan
sang ibu.
Dikutip dari Film MNC TV – sabtu-25 agustus2012